And I will try to fix you.
Coldplay – Fix You
Rabu malam, 17 Februari 2016. Aku berusaha keras mengingat kembali materi
apa yang telah diberikan dosenku. Semester pertama ini benar-benar berat
untukku. Libur panjang setelah lulus SMA kemarin benar-benar liburan untukku.
Tak sekalipun aku menyentuh buku-buku latihan soal seperti beberapa bulan
menjelang ujian akhir. Inilah akibatnya, aku tak dapat menerima materi yang
diberikan oleh dosenku di semester pertama ini. Padahal sebenarnya
materi-materi yang beliau berikan sedikit banyak sudah pernah aku dapatkan saat
SMA. Kebiasaanku selama semester pertama ini pun buruk. Bagaimana tidak? Hampir
setiap sesi kuliah aku tertidur. Yaa... kebiasaan selama masa orientasi telah
membuatku seperti ini. Dan akhirnya waktu ujian akhir semester satu pun tiba.
Aku kelabakan. Hanya seujung kuku materi yang aku bisa. Disinilah aku sekarang,
dalam kamar, berkutat dengan berlembar-lembar soal matriks dan kertas
coret-coret di saat teman-temanku bercanda ria di ruang tv.
Aku mencoba mengerjakan satu soal. Soal itu memintaku mencari general
invers dari sebuah matriks. Sebenarnya sudah berkali-kali aku menemukan soal
semacam ini, tetapi tetap saja aku jarang mendapatkan hasil yang tepat. Kurang
teliti adalah kelemahanku. Berkali-kali kucoba, aku tetap tak menemukan jawaban
yang seperti didapatkan oleh temanku tadi sore. “Tuhan, serumit inikah?”
Frustasi, aku mengambil makanan ringan di sudut kamar. Kata mamaku, “kamu
ga akan bisa mikir kalau perut kamu lapar.” Yaa aku berharap setelah makan aku
bisa kembali fokus dan teliti. Satu menit, dua menit, sampai makanan ringan itu
habis, aku memainkan ponselku. Ini adalah kebiasaan burukku dalam satu semester
ini.
Ting.... sebuah pesan masuk ke ponselku. Aku mengerjap. Kulirik jam
dinding, 10.30. Aku mengambil handphone yang tergeletak di samping buku aljabar
linear. Setelah makan cemilan tadi aku kembali membaca ringkasan materi lalu
ketiduran dengan posisi masih memegang pensil dan ringkasan materi. Aku melihat
nama pengirim pesan, Rama.
“Mell...”
“Dalem”
“Aku
pernah sakit, bekasnya sangat dalam dan selalu tiba-tiba muncul, tolong bantu
aku sembuh.”
“Aku
bisa bantu dengan cara apa?”
“Kamu
tau caranya. Aku serius. Yang aku rasakan bukan susah move on atau ingin
balikan, ini sakit Mell. Jadi tolong jangan samakan dengan orang yang dulu.
Kamu....”
“Aku
harus bagaimana untuk membantu kamu? Kamu ingin aku bagaimana?”
“Tetap
seperti sekarang yang selalu hibur aku. J kamu seperti ini saja
aku sudah senang. Maaf kalau aku menuntut sesuatu tapi aku tidak memaksa kamu
kok“
“Iyaa
aku coba J. Tak apa, aku mengerti.”
“Tidur
Mell, maaf aku ngelantur. Tapi ini saatnya aku keluarkan semua yang dahulu.”
Aku
tak terlalu paham dengan apa yang dimaksud Rama. Aku menanggapi perkataan Rama
dengan denotatif. Sesaat setelah itu aku membuka profil akun sosial Rama, di
sana tak lagi terpasang fotonya bersama Iswari. Aku membaca kembali pesannya.
Otakku memutar mencari makna perkataannya.
Dia
ingin aku tetap bersamanya, dia ingin aku membantunya melupakan kenangan
buruknya bersama Iswari. Dia ingin aku tak menyamakannya dengan lelaki yang
mendekatiku sebelumnya. Dia ingin...
Lamat-lamat
terdengar suara lagu Fix You dari kamar sebelahku. “Iya Ram, I will try to fix
you” kataku dalam hati dan aku kembali terlelap.