Thursday, July 26, 2018

Senja Seluma



Senja disini berbeda dengan senja yang biasa ia temui di ibukota. Indah, jingga, dan menenangkan. Sungguh, Maha Besar Tuhan yang telah menciptakan senja begitu cantik di sini. Senja disini seperti seorang gadis menanti lelakinya. Selalu kembali dengan rona jingga yang sama. Mendebarkan, mengesankan. Tak peduli hujan yang muncul siang tadi, senja selalu hadir menyenangkan. Senja yang begitu memikat menjadi pengingat untuk istirahat. Senja seringkali membangkitkan sendu meski tak jarang memunculkan rindu. Senja selalu bisa menderingkan lagu rindu dalam kepalanya. Rindu pada ibukota ? Bukan. Rindu pada sesosok lelaki berpunggung indah yang berada di kabupaten sebelah. Lelaki yang sama seperti senja. Sendu, namun memukau dan membuat rindu.

“Ini senja di Seluma, bagaimana senja di sana ?”
“…”
“Kau tau, aku baru saja bermain-main di pantai, aku bertemu nelayan yang membawa ikan pari. Ini fotonya. Pantainya masih sepi, memang tak sebagus pantai di kota, tapi sungguh menenangkan.”
“…”
“Ah iyaa, tadi aku terjatuh dari sepeda motor.”
“…”
“Kau harus menyempatkan berlibur yaa.”
“Tak bisakah kau diam? Kita disini bukan untuk berlibur.”
“Ah iyaa, maaf…”

Sendu.

Namun, ia memilih untuk mengabaikan perasaan itu. Baginya, sudah sewajarnya laki-laki itu mengatakan demikian karena tanggung jawab yang dipikulnya. Dan ia memilih bahagia bersama teman-temannya. Kali ini saja. Sekali ini saja, meski perih di kakinya semakin terasa.


20180719_17.38

No comments:

Post a Comment