Naskah Drama Kleting Kuning Mencari Cinta
Babak 1
Ibu Para Kleting :
“Anak-anakku, sini-sini ada sayembara, mau tau nggak sayembaranya apa?”
Para Kleting :
“Mau dong bu!”
Ibu Para Kleting :
“Mau tau aja apa mau tau banget ?”
Kleting Hijau :
“Ih, Ibu bercanda deh...”
Ibu Para Kleting :
“Okay okay, dengarkan baik baik. Ada sayembara kecantikan dan yang menang akan
menjadi istri Prince Ande-Ande Lumut yang ganteng fix maksimal itu.”
Merah, Hijau, Biru :”Apa???
“
Ibu Para Kleting :
“Iyaa benar, cepat sana kalian dandan, karena ibu ingin salah satu dari kalian
memenangkan sayembara itu.”
Kleting Biru
: “Oke Bu, kami
akan dandan secantik mungkin.”
(Para Kleting berdandan bersama)
Kleting Merah :
(sambil mengoleskan bedak ke wajahnya) “Biru, Hijau, aku harus dandan
secantik mungkin agar aku menjadi istri Prince Ande-Ande Lumut.”
Hijau, Biru :
“Tidak, aku yang menang!” (bersorak bersamaan)
Kleting Merah :
Tidak, aku yang menang, aku yang paling tua disini! (marah)
Ibu Para Kleting :
“Diaaam!!!!” (teriak keras) “Kalian kan bersaudara, kok malah berantem ?
hah?”
Merah, Hijau, Biru :
“Iyaa buu.”
Ibu Para Kleting :
“Yellow, Yellow, come here please.”
Kleting Kuning :
“Iyaa bu, ada apa?”
Ibu Para Kleting :
“Cepat rapikan peralatan rias itu!”
Kleting Kuning :
“Oke Bu.” (dengan tatapan ceria)
Ibu Para Kleting :
“Cepat rapikan, nggak usah lelet fix maksimal jadi orang!”
Kleting Kuning :
(merapikan) “Iyaa Bu. Jangan marah-marah terus dong. (berbalik
menghadap ibunya) Ibu, Kleting Kuning mau minta izin untuk mengikuti
sayembara.” (dengan tatapan melas)
Ibu dan Para Kleting : (terkejut) “Apaa?”
Ibu Para Kleting :
“Kamu itu gak pantes ikut sayembara karena kamu dekil, jelek, dan bau (senyum
sinis). Tapi baiklah, aku akan mendandanimu dengan senang hati.”
Kleting Kuning :
“Terima kasih Bu.”
Ibu Para Kleting : (mencoreng-coreng muka Kleting Kuning
dengan lumpur) “Aku sudah selesai mendandanimu kleting kuning. Sana cuci
pakaian dulu sebelum kamu pergi ke sayembara!”
(Kleting Kuning pergi membawa cucian.)
Babak 2
Kleting Kuning : (menghapus air mata di matanya) “Tuhan,
mengapa nasibku jelek sekali? Wajahku ini menjadi coreng moreng (sambil mencuci
pakaian) Tuhan, tolong aku... aku ingin mengikuti sayembara itu...”
(Tiba-tiba muncul malaikat.)
Malaikat :
“Hai Kleting Kuning!”
Kleting Kuning :
(terkejut dan melempar baju cuciannya) “Wow, siapa kau ini?”
Malaikat :
(tertawa-tawa kecil) “Aku adalah utusan Tuhan yang dikirim untuk
membantumu. Kau harus tabah, jangan dendam pada ibu maupun kakak-kakakmu. Lalu
yakinlah bahwa orang yang baik dan jujur akan memperoleh kebahagiaan.”
Kleting Kuning : “Terima kasih Malaikat.” (sambil
bersalaman pada malaikat)
Malaikat :
(menyodorkan lidi ajaib) “Nih, buat kamu. Lidi ini bisa menaklukkan
makhluk jahat. Tapi kamu harus memukul makhluk jahat itu dan mengucapkan mantra
cung cung cung.”
Kleting Kuning : “Apa? Tung tung tung ?”
Malaikat :
“Bukan, gini loh, cung cung cung.”
Kleting Kuning : “Oh, cung cung cung.”
Malaikat :
“Iyaa, gitu...”
Kleting Kuning : “Baiklah, terima kasih Malaikat!”
Malaikat :
“Sama-sama Kuning. Aku pergi dulu yaa, bye!” (menghilang)
Kleting Kuning : “Loh... kemana kamu Malaikat ? Kok hilang? Ya
udah deh, aku pergi saja.”
Babak 3
Kleting Merah : “Adik-adikkku, kita sudah sampai di tepi
sungai.” (nengok ke kanan dan ke kiri
melihat adik-adiknya yang berdiri di sebelahnya)
Kleting Biru :
“Iya mbakyu, tapi bagimana kita bisa menyeberang? Sungai ini begitu dalam dan
sedang banjir, tak ada perahu disini, aku tak bisa berenang.” (panik,
berjalan mondar-mandir di depan kakak dan adiknya)
Kleting Merah : “Diam kau Biru! Aku tidak bisa berpikir kalau
kau seperti itu terus!” (melotot marah pada Biru)
Kleting Hijau :
“Mbakyu, bagaimana kalau kita mencari bantuan saja?”
Kleting Biru :
“Kau ini pelupa Hijau, tak ada perkampungan disini. Hish!” (kesal)
Kleting Hijau :
“Tapi mbakyu...”
Kleting Merah : “Diam!” (membelakangi sungai dan melotot
ke kedua adiknya)
Yuyu Kangkang : “Hohoho... siapa kalian? Beraninya mengganggu
istirahatku!” (muncul dari dalam sungai dengan tiba-tiba)
Kleting Merah : “Aku bilang diaaaaaam!!!!” (berteriak
marah sambil memejamkan mata)
Kleting Hijau :
“Mbakyu, lihat dibelakangmu ada Yuyu Kangkang.” (menunjuk Yuyu ketakutan)
Kleting Merah : “Apa ?” (melotot)
Hijau Biru :
“Yuyu Kangkang!!”
Kleting Merah : “Oh, Yuyu Kangkang (santai sambil balik
badan kemudian terkejut dan berteriak) Yuyu Kangkang! Lariiiii.....”
Yuyu Kangkang : “Mau kemana kau ?” (menarik baju kleting
merah dan mengangkatnya ke atas)
Kleting Merah : “Turunkan aku, aku mohon, aku minta maaf.”
Yuyu Kangkang : (menurunkan Merah) “Apa yang kalian
lakukan disini ?”
Kleting Hijau :
“Kami... kami mau menyeberang, bisakah kau menyeberangkan kami ?” (sedikit
ketakutan)
Yuyu Kangkang : “Apa? Nyebrang ? Ih males bingitss!” (membuang
muka)
Kleting Biru :
“Ayolah, aku mohon, kami akan melakukan apa saja yang kau minta. Benar kan mbakyu
?” (menoleh kepada Kleting Merah)
Kleting Merah :
“Iyaa, benar. Ayolaah...”
Yuyu Kangkang :
“Emm, ya ya ya (mondar-mandir di depan ketiga orang itu) tapi ada
syaratnya!”
Merah, Hijau, Biru :
“Apa ?”
Yuyu Kangkang :
“Kalian harus menciumku! Hahaha.” (tangan sedeku di depan dada)
Merah, Biru, Hijau :
“Oh my God, oh my no, oh my wow!!”
Yuyu Kangkang :
“Kenapa ? Kalian keberatan? Ya sudah, aku pergi saja.” (balik badan)
Kleting Merah :
“Tunggu! Ijinkan kami berunding terlebih dahulu.”
(Kleting Merah, Kleting Biru, dan Kleting Hijau
berunding membuat lingkaran, rangkul-rangkulan)
Kleting Hijau :
“Aku tidak mau mbak, dia jelek, bau lagi.”
Kleting Biru :
“Iyaa mbak, aku juga tidak mau.”
Kleting Merah :
“Aku juga tidak mau, tapi bagaimana lagi, kita tidak dapat mengikuti sayembara
kalau kita tidak menyeberang. Kita ikuti saja perintahnya.”
Biru dan Hijau :
“Baiklah mbak.” (semuanya melepaskan rangkulan)
Kleting Merah :
“Kami sudah membuat keputusan.”
Yuyu Kangkang :
“Apa keputusan kalian ?”
Kleting Merah :
“Kami menerima syaratmu, kami akan menciummu asal kau mau menyeberangkan kami.”
Yuyu Kangkang :
“Oke, cium dulu dong!!” (nunjuk pipi)
(Kleting Merah, Biru, dan Hijau mencium Yuyu Kangkang)
Yuyu Kangkang :
“Nah, gitu dong. Nyok nyeberang!” (menggandeng Kleting Merah, Biru dan Hijau.
Mereka menyeberang sambil menyanyikan lagu JKT-48 “River”)
Yuyu Kangkang :
“Sudah sampai!”
Merah, Biru, Hijau :
“Terima kasih!”
Yuyu Kangkang :
“Sama-sama, bye! Aku balik dulu yee!” (kembali sambil tertawa-tawa) “Duh
senangnya, dicium 3 gadis cantik.” (tiba di tepi sungai bertemu Kleting
kuning)
Kleting Kuning :
“Hei Yuyu Kangkang, maukah kau menyeberangkanku ? “
Yuyu Kangkang :
“Tidak! Kau jelek, bau!”
Kleting Kuning :
“Ayolah, kumohon Yuyu Kangkang... “(memelas)
Yuyu Kangkang :
“Baik, tapi kau harus menciumku seperti ketiga gadis tadi.”
Kleting Kuning :
“Menciummu ? Ih, ogah bingiitsss. Aku tidak mau! Asal kau tahu, kehormatan
seorang wanita itu terletak pada kesuciannya.”
Yuyu Kangkang : “Kalau kau tidak mau menciumku, aku tidak
akan menyeberangkan kamu!”
Kleting Kuning :
“Kau tidak mau? Hish, rasakan ini! Cung cung cung.” (memukul yuyu kangkang
dengan lidi)
Yuyu Kangkang :
“Ampun... ya ya ya. Aku akan menyeberangkan kamu.” (bersimpuh, tangan di
depan dada, memohon-mohon)
Kleting Kuning :
“Ayo cepat seberangkan aku!”
Yuyu Kangkang :
“Ayo berangkat.” (menyeberang bersama kleting kuning)
Babak 4
(ketiga kakak kleting kuning sampai di rumah
ande-ande lumut)
Mbok Rondo Dadapan :
“Hei, kalian datang ternyata. Ada perlu apa ?”
Kleting Merah :
“Begini mbok, kedatangan kami kemari ingin menyampaikan keinginan kami kepada
Mbok Rondo.”
Mbok Rondo Dadapan :
“Keinginan apa itu ?”
Kleting Hijau :
“Kami ingin mengikuti kontes kecantikan yang pangeran adakan, dimana nanti
pemenangnya akan diperistri oleh pangeran.”
Mbok Rondo Dadapan :
“Apa yang membuat kalian berani mengikuti kontes ini ?”
Kleting Biru :
“Oh tentu saja karena kami ini adalah wanita yang paling cantik di negeri ini!
Maka dari itu kami berani mengikuti kontes ini.”
Kleting Hijau :
“Dan kami pantas bingits menjadi istri pangeran Ande-ande Lumut.”
Mbok Rondo Dadapan :
(memanggil Ande-Ande Lumut) “Putraku si Ande-Ande Lumut/ Tumurana ana
putri kang unggah-unggahi/ Putrine kang ayu rupane/ Kleting Ijo iku kang dadi
asmane.”
Ande-Ande Lumut :
“Bu, ibu/ Kula mboten purun/ Kang putra takseh dereng medun/ Putri niku
sesarengan Yuyu Kangkang.””
Kleting Hijau :
“What the hell? Pinky swear kitty swear, banana cherry berry strawberry swear! (teriak)
Apa maksud pangeran ?”
Ande-Ande Lumut :
“Kowe ngomong opo to ? Aku rak mudeng! Kalian itu adalah bekas Yuyu Kangkang.”
Kleting Merah dan Biru : “What ? Oh my God, oh my no, oh my wow?”
Kleting Merah :
“Hei kau pangeran lumutan! Jaga itu mulut kau! Kau tak kenal siapa itu Yuyu Kangkang.
Jadi tak usah sok tau deh!”
Ande-Ande Lumut :
“Memang masalah buat loh ?”
Kleting Biru :
“Dasar kau lumutan!”
(Tiba-tiba Kleting Kuning datang.)
Kleting Kuning :
“Permisi mbakyu, mbok, dan pangeran. Maksud saya datang kemari adalah saya juga
ingin mengikuti kontes kecantikan ini.”
Merah, Biru, Hijau :
“What? Hahaha”
Kleting Merah :
“Hei, kau kutil! Kau tak cocok mengikuti kontes ini.”
Kleting Biru :
“Secara kau itu jelek, kucel, kudis, kurap, kutu air.”
Kleting Hijau :
“Dan kau hanya seorang pembantu!”
Mbok Rondo Dadapan : “Hahaha, kau yakin ? Penampilanmu saja seperti itu! Kau tak pantas
mengikuti kontes ini! Mana mau anakku diperistrikan seorang wanita seperti kau?”
Kleting Kuning :
“Maaf mbok, saya yakin mengikuti kontes ini. Karena saya masih punya harga
diri. Saya punya jiwa raga yang kuat atau orang biasa menyebutnya strong girl!
Yah begitulah.”
Mbok Rondo Dadapan :
“Okelah, tunggu sebentar! Putraku si
Ande-Ande Lumut/ Tumurana ana putri kang unggah-unggahi/ Putrine kang ayu
rupane/ Kleting Kuning iku kang dadi asmane.”
Ande-Ande Lumut :
(menjawab dengan nyanyian) “Bu, ibu/ Kula nembe purun/ Kang putra nembe
badhe medun/ Putri niki putri ingkang kula suwun.”
Semuanya :
(kaget) “What ?? oh my God oh my no, oh my wow??”
Ande-Ande lumut :
“Sebenarnya aku adalah pangeran dari Kediri bernama Panji Asmara Bangun,
sednagkan Kleting Kuning adalah Putri Candra Kirana, kekasihku yang juga putri
Raja Singasari.”
Kleting Kuning :
“Aku makin jatuh hati karena kekasihku mampu menjaga kehormatanku sebagai
wanita.”
Mbok Rondo Dadapan :
(malu) “Ibu minta maaf nak, selama ini Ibu tidak tahu dan sudah
menyepelekanmu.”
Merah, Biru, Hijau :
(berbicara bersama) “Kami juga minta maaf!”
Kleting Kuning :
“Tidak apa-apa Ibu dan saudara-saudaraku. Aku sudah memaafkan kalian. Kalian
tak perlu sungkan begitu. Ayo kita pergi ke istana.”
Semuanya :
“Baiklah.”
(Lalu mereka pergi ke istana bersama-sama dan
hidup bahagia selamanya)