Tuesday, April 8, 2014

kleting kuning mencari cinta

Naskah Drama Kleting Kuning Mencari Cinta

Babak 1
Ibu Para Kleting                : “Anak-anakku, sini-sini ada sayembara, mau tau nggak sayembaranya apa?”
Para Kleting                        : “Mau dong bu!”
Ibu Para Kleting                : “Mau tau aja apa mau tau banget ?”
Kleting Hijau                       : “Ih, Ibu bercanda deh...”
Ibu Para Kleting                : “Okay okay, dengarkan baik baik. Ada sayembara kecantikan dan yang menang akan menjadi istri Prince Ande-Ande Lumut yang ganteng fix maksimal itu.”
Merah, Hijau, Biru           :”Apa??? “
Ibu Para Kleting                : “Iyaa benar, cepat sana kalian dandan, karena ibu ingin salah satu dari kalian memenangkan sayembara itu.”
Kleting  Biru                        : “Oke Bu, kami akan dandan secantik mungkin.”
(Para Kleting berdandan bersama)
Kleting Merah                   : (sambil mengoleskan bedak ke wajahnya) “Biru, Hijau, aku harus dandan secantik mungkin agar aku menjadi istri Prince Ande-Ande Lumut.”
Hijau, Biru                           : “Tidak, aku yang menang!” (bersorak bersamaan)
Kleting Merah                   : Tidak, aku yang menang, aku yang paling tua disini! (marah)
Ibu Para Kleting                : “Diaaam!!!!” (teriak keras) “Kalian kan bersaudara, kok malah berantem ? hah?”
Merah, Hijau, Biru           : “Iyaa buu.”
Ibu Para Kleting                : “Yellow, Yellow, come here please.”
Kleting Kuning                   : “Iyaa bu, ada apa?”
Ibu Para Kleting                : “Cepat rapikan peralatan rias itu!”
Kleting Kuning                   : “Oke Bu.” (dengan tatapan ceria)
Ibu Para Kleting                : “Cepat rapikan, nggak usah lelet fix maksimal jadi orang!”
Kleting Kuning                   : (merapikan) “Iyaa Bu. Jangan marah-marah terus dong. (berbalik menghadap ibunya) Ibu, Kleting Kuning mau minta izin untuk mengikuti sayembara.” (dengan tatapan melas)
Ibu dan Para Kleting       : (terkejut) “Apaa?”
Ibu Para Kleting                : “Kamu itu gak pantes ikut sayembara karena kamu dekil, jelek, dan bau (senyum sinis). Tapi baiklah, aku akan mendandanimu dengan senang hati.”
Kleting Kuning                   : “Terima kasih Bu.”
Ibu Para Kleting                : (mencoreng-coreng muka Kleting Kuning dengan lumpur) “Aku sudah selesai mendandanimu kleting kuning. Sana cuci pakaian dulu sebelum kamu pergi ke sayembara!”
(Kleting Kuning pergi membawa cucian.)
Babak 2
Kleting Kuning                  : (menghapus air mata di matanya) “Tuhan, mengapa nasibku jelek sekali? Wajahku ini menjadi coreng moreng (sambil mencuci pakaian) Tuhan, tolong aku... aku ingin mengikuti sayembara itu...”
(Tiba-tiba muncul malaikat.)
Malaikat                               : “Hai Kleting Kuning!”
Kleting Kuning                  : (terkejut dan melempar baju cuciannya) “Wow, siapa kau ini?”
Malaikat                               : (tertawa-tawa kecil) “Aku adalah utusan Tuhan yang dikirim untuk membantumu. Kau harus tabah, jangan dendam pada ibu maupun kakak-kakakmu. Lalu yakinlah bahwa orang yang baik dan jujur akan memperoleh kebahagiaan.”
Kleting Kuning                  : “Terima kasih Malaikat.” (sambil bersalaman pada malaikat)
Malaikat                               : (menyodorkan lidi ajaib) “Nih, buat kamu. Lidi ini bisa menaklukkan makhluk jahat. Tapi kamu harus memukul makhluk jahat itu dan mengucapkan mantra cung cung cung.”
Kleting Kuning                  : “Apa? Tung tung tung ?”
Malaikat                               : “Bukan, gini loh, cung cung cung.”
Kleting Kuning                  : “Oh, cung cung cung.”
Malaikat                               : “Iyaa, gitu...”
Kleting Kuning                  : “Baiklah, terima kasih Malaikat!”
Malaikat                               : “Sama-sama Kuning. Aku pergi dulu yaa, bye!” (menghilang)
Kleting Kuning                  : “Loh... kemana kamu Malaikat ? Kok hilang? Ya udah deh, aku pergi saja.”
Babak 3        
Kleting Merah                   : “Adik-adikkku, kita sudah sampai di tepi sungai.” (nengok ke kanan dan ke  kiri melihat adik-adiknya yang berdiri di sebelahnya)
Kleting Biru                         : “Iya mbakyu, tapi bagimana kita bisa menyeberang? Sungai ini begitu dalam dan sedang banjir, tak ada perahu disini, aku tak bisa berenang.” (panik, berjalan mondar-mandir di depan kakak dan adiknya)
Kleting Merah                   : “Diam kau Biru! Aku tidak bisa berpikir kalau kau seperti itu terus!” (melotot marah pada Biru)
Kleting Hijau                       : “Mbakyu, bagaimana kalau kita mencari bantuan saja?”
Kleting Biru                         : “Kau ini pelupa Hijau, tak ada perkampungan disini. Hish!” (kesal)
Kleting Hijau                       : “Tapi mbakyu...”
Kleting Merah                   : “Diam!” (membelakangi sungai dan melotot ke kedua adiknya)
Yuyu Kangkang                 : “Hohoho... siapa kalian? Beraninya mengganggu istirahatku!” (muncul dari dalam sungai dengan tiba-tiba)
Kleting Merah                   : “Aku bilang diaaaaaam!!!!” (berteriak marah sambil memejamkan mata)
Kleting Hijau                       : “Mbakyu, lihat dibelakangmu ada Yuyu Kangkang.” (menunjuk Yuyu ketakutan)
Kleting Merah                   : “Apa ?” (melotot)
Hijau Biru                             : “Yuyu Kangkang!!”
Kleting Merah                   : “Oh, Yuyu Kangkang (santai sambil balik badan kemudian terkejut dan berteriak) Yuyu Kangkang! Lariiiii.....”
Yuyu Kangkang                 : “Mau kemana kau ?” (menarik baju kleting merah dan mengangkatnya ke atas)
Kleting Merah                   : “Turunkan aku, aku mohon, aku minta maaf.”
Yuyu Kangkang                 : (menurunkan Merah) “Apa yang kalian lakukan disini ?”
Kleting Hijau                       : “Kami... kami mau menyeberang, bisakah kau menyeberangkan kami ?” (sedikit ketakutan)
Yuyu Kangkang                 : “Apa? Nyebrang ? Ih males bingitss!” (membuang muka)
Kleting Biru                         : “Ayolah, aku mohon, kami akan melakukan apa saja yang kau minta. Benar kan mbakyu ?” (menoleh kepada Kleting Merah)
Kleting Merah                   : “Iyaa, benar. Ayolaah...”
Yuyu Kangkang                 : “Emm, ya ya ya (mondar-mandir di depan ketiga orang itu) tapi ada syaratnya!”
Merah, Hijau, Biru           : “Apa ?”
Yuyu Kangkang                 : “Kalian harus menciumku! Hahaha.” (tangan sedeku di depan dada)
Merah, Biru, Hijau           : “Oh my God, oh my no, oh my wow!!”
Yuyu Kangkang                 : “Kenapa ? Kalian keberatan? Ya sudah, aku pergi saja.” (balik badan)
Kleting Merah                   : “Tunggu! Ijinkan kami berunding terlebih dahulu.”
(Kleting Merah, Kleting Biru, dan Kleting Hijau berunding membuat lingkaran, rangkul-rangkulan)
Kleting Hijau                       : “Aku tidak mau mbak, dia jelek, bau lagi.”
Kleting Biru                         : “Iyaa mbak, aku juga tidak mau.”
Kleting Merah                   : “Aku juga tidak mau, tapi bagaimana lagi, kita tidak dapat mengikuti sayembara kalau kita tidak menyeberang. Kita ikuti saja perintahnya.”
Biru dan Hijau                    : “Baiklah mbak.” (semuanya melepaskan rangkulan)
Kleting Merah                   : “Kami sudah membuat keputusan.”
Yuyu Kangkang                 : “Apa keputusan kalian ?”
Kleting Merah                   : “Kami menerima syaratmu, kami akan menciummu asal kau mau menyeberangkan kami.”
Yuyu Kangkang                 : “Oke, cium dulu dong!!” (nunjuk pipi)
(Kleting Merah, Biru, dan Hijau mencium Yuyu Kangkang)
Yuyu Kangkang                 : “Nah, gitu dong. Nyok nyeberang!” (menggandeng Kleting Merah, Biru dan Hijau. Mereka menyeberang sambil menyanyikan lagu JKT-48 “River”)
Yuyu Kangkang                 : “Sudah sampai!”
Merah, Biru, Hijau           : “Terima kasih!”
Yuyu Kangkang                 : “Sama-sama, bye! Aku balik dulu yee!” (kembali sambil tertawa-tawa) “Duh senangnya, dicium 3 gadis cantik.” (tiba di tepi sungai bertemu Kleting kuning)
Kleting Kuning                   : “Hei Yuyu Kangkang, maukah kau menyeberangkanku ? “
Yuyu Kangkang                 : “Tidak! Kau jelek, bau!”
Kleting Kuning                   : “Ayolah, kumohon Yuyu Kangkang... “(memelas)
Yuyu Kangkang                 : “Baik, tapi kau harus menciumku seperti ketiga gadis tadi.”
Kleting Kuning                   : “Menciummu ? Ih, ogah bingiitsss. Aku tidak mau! Asal kau tahu, kehormatan seorang wanita itu terletak pada kesuciannya.”
Yuyu Kangkang                 : “Kalau kau tidak mau menciumku, aku tidak akan menyeberangkan kamu!”
Kleting Kuning                   : “Kau tidak mau? Hish, rasakan ini! Cung cung cung.” (memukul yuyu kangkang dengan lidi)
Yuyu Kangkang                 : “Ampun... ya ya ya. Aku akan menyeberangkan kamu.” (bersimpuh, tangan di depan dada, memohon-mohon)
Kleting Kuning                   : “Ayo cepat seberangkan aku!”
Yuyu Kangkang                 : “Ayo berangkat.” (menyeberang bersama kleting kuning)
Babak 4
(ketiga kakak kleting kuning sampai di rumah ande-ande lumut)
Mbok Rondo Dadapan  : “Hei, kalian datang ternyata. Ada perlu apa ?”
Kleting Merah                   : “Begini mbok, kedatangan kami kemari ingin menyampaikan keinginan kami kepada Mbok Rondo.”
Mbok Rondo Dadapan  : “Keinginan apa itu ?”
Kleting Hijau                       : “Kami ingin mengikuti kontes kecantikan yang pangeran adakan, dimana nanti pemenangnya akan diperistri oleh pangeran.”
Mbok Rondo Dadapan  : “Apa yang membuat kalian berani mengikuti kontes ini ?”
Kleting Biru                         : “Oh tentu saja karena kami ini adalah wanita yang paling cantik di negeri ini! Maka dari itu kami berani mengikuti kontes ini.”
Kleting Hijau                       : “Dan kami pantas bingits menjadi istri pangeran Ande-ande Lumut.”
Mbok Rondo Dadapan  : (memanggil Ande-Ande Lumut) “Putraku si Ande-Ande Lumut/ Tumurana ana putri kang unggah-unggahi/ Putrine kang ayu rupane/ Kleting Ijo iku kang dadi asmane.”
Ande-Ande Lumut          : “Bu, ibu/ Kula mboten purun/ Kang putra takseh dereng medun/ Putri niku sesarengan Yuyu Kangkang.””
Kleting Hijau                       : “What the hell? Pinky swear kitty swear, banana cherry berry strawberry swear! (teriak) Apa maksud pangeran ?”
Ande-Ande Lumut          : “Kowe ngomong opo to ? Aku rak mudeng! Kalian itu adalah bekas Yuyu Kangkang.”
Kleting Merah dan Biru : “What ? Oh my God, oh my no, oh my wow?”
Kleting Merah                   : “Hei kau pangeran lumutan! Jaga itu mulut kau! Kau tak kenal siapa itu Yuyu Kangkang. Jadi tak usah sok tau deh!”
Ande-Ande Lumut          : “Memang masalah buat loh ?”
Kleting Biru                         : “Dasar kau lumutan!”
(Tiba-tiba Kleting Kuning datang.)
Kleting Kuning                   : “Permisi mbakyu, mbok, dan pangeran. Maksud saya datang kemari adalah saya juga ingin mengikuti kontes kecantikan ini.”
Merah, Biru, Hijau           : “What? Hahaha”
Kleting Merah                   : “Hei, kau kutil! Kau tak cocok mengikuti kontes ini.”
Kleting Biru                         : “Secara kau itu jelek, kucel, kudis, kurap, kutu air.”
Kleting Hijau                       : “Dan kau hanya seorang pembantu!”
Mbok Rondo Dadapan : “Hahaha, kau yakin ? Penampilanmu saja seperti itu! Kau tak pantas mengikuti kontes ini! Mana mau anakku diperistrikan seorang wanita seperti kau?”
Kleting Kuning                   : “Maaf mbok, saya yakin mengikuti kontes ini. Karena saya masih punya harga diri. Saya punya jiwa raga yang kuat atau orang biasa menyebutnya strong girl! Yah begitulah.”
Mbok Rondo Dadapan  : “Okelah, tunggu sebentar!  Putraku si Ande-Ande Lumut/ Tumurana ana putri kang unggah-unggahi/ Putrine kang ayu rupane/ Kleting Kuning iku kang dadi asmane.”
Ande-Ande Lumut          : (menjawab dengan nyanyian) “Bu, ibu/ Kula nembe purun/ Kang putra nembe badhe medun/ Putri niki putri ingkang kula suwun.”
Semuanya                           : (kaget) “What ?? oh my God oh my no, oh my wow??”
Ande-Ande lumut           : “Sebenarnya aku adalah pangeran dari Kediri bernama Panji Asmara Bangun, sednagkan Kleting Kuning adalah Putri Candra Kirana, kekasihku yang juga putri Raja Singasari.”
Kleting Kuning                   : “Aku makin jatuh hati karena kekasihku mampu menjaga kehormatanku sebagai wanita.”
Mbok Rondo Dadapan  : (malu) “Ibu minta maaf nak, selama ini Ibu tidak tahu dan sudah menyepelekanmu.”
Merah, Biru, Hijau        : (berbicara bersama) “Kami juga minta maaf!”
Kleting Kuning              : “Tidak apa-apa Ibu dan saudara-saudaraku. Aku sudah memaafkan kalian. Kalian tak perlu sungkan begitu. Ayo kita pergi ke istana.”
Semuanya                      : “Baiklah.”
(Lalu mereka pergi ke istana bersama-sama dan hidup bahagia selamanya)

No comments:

Post a Comment