Sunday, April 6, 2014

resensi novel



TUGAS RESENSI NOVEL
“Notasi”
Suatu hari aku akan kembali


·         Identitas novel
Judul buku       : Notasi
Penulis             : Morra Quatro
Penerbit           : GagasMedia
Tebal buku       : 300 halaman
Cetakan           : Cetakan pertama, 2013
Harga              : Rp44.000,00
Ukuran
             : 13 x 19 cm
ISBN
                 : 979-780-635-9

Rasanya sudah lama sekali sejak aku dan dia melihat pelangi di langit utara Pogung. Namun kembali ke kota ini, seperti menyeruakkan semua ingatan tentangnya;tentang janji yang terucap seiring jemari kami bertautan.
“Segera setelah semuanya berakhir, aku pasti akan menghubungimu lagi.”
Itulah yang dikatakannya sebelum dia pergi. Dan aku mendekap erat kata-kata itu, menanti dalam harap. Namun yang datang padaku hanyalah surat-surat tanpa alamat darinya. Kini di tempat yang sama, aku mengurai kembali kenangan-kenangan itu...


·         Kelebihan dan kekurangan novel

Novel percintaan untuk remaja-dewasa ini terangkai begitu indah dalam suasana masa lalu saat masa reformasi. Dengan membaca novel ini seolah-olah kita bisa melihat dan merasakan sendiri keadaan di indonesia saat masa-masa reformasi. Sehingga tak hanya cerita fiksi yang kita peroleh, namun juga sepenggal kisah tentang bangsa Indonesia saat itu. Novel ini pun juga dilengkapi oleh gambar-gambar yang mendukung latar tempat dari novel ini. Seperti denah kampus UGM, gedung-gedung kampus, Tugu Teknik, dan lain sebagainya. Selain itu akhir cerita novel ini yang terasa realistis juga membuat novel ini lebih unggul dari novel-novel lain yang endingnya terkadang merupakan suatu khayalan yang memiliki kemungkinan kecil untuk terjadi dalam kehidupan nyata.
Cara penulis menggambarkan latar tempat terjadinya cerita ini juga begitu jelas dan gamblang. Dalam menuliskan novel ini, penulis menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan berhasil memancing emosi kita untuk ‘terlibat’ dalam cerita yang ditulisnya.
Sekilas tak ada kekurangan yang dimiliki oleh novel ini. Namun ada sedikit bagian dalam novel ini yang penulisannya sedikit salah, seperti yang seharusnya diberi spasi malah tidak diberi spasi. Akan tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi kemenarikan novel ini.
Melalui novel ini sepertinya penulis ingin kita melihat masa lalu dan mengenang perjuangan orang-orang yang hidup di masa itu untuk mempertahankan hidup. Dalam novel ini kita juga diajak untuk tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam menghadapi hidup juga untuk menepati janji yang telah kita buat.
Teramat sayang bila novel cinta berhias kehidupan politik ini terlewatkan begitu saja. Novel ini pantas untuk dibaca oleh para remaja dan juga masyarakat pada umumnya.
 
·         Tentang pengarang
Morra Quatro telah menyukai dunia kepenulisan sejak remaja, meskipun baru menekuninya sejak tahun 2007 saat ia bergabung dengan sebuah komunitas menulis online. Saat ini Morra berdomisili di Jakarta, dengan kegiatan utama menulis serta memberikan training bahasa inggris untuk korporat. Morra mengagumi John Lennon sebagai idola menulis, sekaligus sebagai musisi dan pengejar mimpi. Notasi adalah novel ketiganya setelah “Believe” yang diterbitkan oleh GagasMedia di tahun 2011 dan “Forgiven” pada tahun 2010 yang telah masuk sebagai nominasi novel terfavorit di Anugrah Pembaca Indonesia 2011.
Morra bisa ditemui lewat e-mail di morraholics@gmail.com lewat Facebook di akun Morra Quatro, twitter di akun @Miss_Morra, atau blog di www.morraquatro.tumblr.com
 
KISAH CINTA DAN REFORMASI
Novel ini menceritakan seorang mahasiswi jurusan kedokteran gigi Univesitas Gadjah Mada bernama Nalia yang jatuh hati kepada Giftan Mariano Alatas –Nino – yang merupakan seorang mahasiswa S1 teknik elektro di universitas yang sama. Kisah keduanya berlatarkan di Yogyakarta khususnya Universitas Gadjah Mada pada masa-masa sesaat sebelum reformasi, sekitar tahun 1995, masa reformasi, dan satu dekade setelahnya.
Nalia adalah seorang anggota BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) fakultas kedokteran gigi. Bersama rekan-rekannya dalam BEM, Tengku, Lin Lin, Zee, dan Aryo, mereka mengadakan lomba karya tulis untuk mahasiswa. Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan kembali kebersamaan antar anggota BEM.
Kisah ini dimulai ketika Nalia dan Zee pergi ke kampus teknik elektro guna membicarakan masalah publikasi mengenai lomba karya tulis yang mereka adakan melalui Radio Jawara FM –saat ini bernama Swaragama FM – milik anak S1 teknik elektro. Radio ini merupakan radio lokal yang belum memiliki izin siar resmi. Dalam perjalanan menuju sekretariat Radio Jawara keduanya bertemu Nino dan Farel yang sedang meng-OSPEK mahasiswa baru fakultas teknik. Nalia merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan Nino kala itu. Sesampainya di sekretariat Radio Jawara, Nalia dan Zee harus menanggung rasa kecewa karena dengan sepihak dan tiba-tiba Radio Jawara menaikkan biaya publikasi. Padahal biaya yang mereka miliki sangat terbatas untuk itu. Zee kemudian mengusulkan untuk mempublikasikan acara mereka melalui Radio Gama FM milik anak D3 teknik elektro. Namun lagi-lagi mereka harus menanggung kecewa karena Gama FM juga menolak dengan alasan mereka sudah diperingatkan oleh dekan untuk tidak melakukan siaran, karena hal itu merupakan sebuah tindakan ilegal. Di depan kampus teknik elekto D3 itulah Nalia kembali  bertemu Nino, kali dengan suasana berbeda dan lebih dekat yang akan terus dikenangnya. Karena bermasalah dengan publikasi, terpaksa acara fakultas kedokteran gigi tersebut ditunda dan kepanitiaan di-suspend.
Beberapa bulan setelaah itu, kembali diadakan rapat panitia untuk membahas tentang lomba tersebut. Mereka mengubah cara publikasi dengan meggunakan poster, pamflet, brosur dan semacamnya yang harus diedarkan oleh masing-masing panitia. Nalia mendapat tugas untuk menyebarkan poster di kampus teknik. Ketika hendak memberikan poster tersebut, dia mendapati para petinggi Radio Jawara sedang berselisih paham. Mereka berselisih karena muncul di surat kabar bahwa telah ada korupsi dengan cara memalsukan tanda tangan yang dilakukan oleh pengurus Radio Jawara. Di sana Nalia kembali bertemu Nino yang kemudian mengajaknya pergi ke sebuah warung bernama Tiada Tara dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Di warung Tiada Tara itulah Nalia benar-benar merasa jatuh hati pada Nino.
Malam puncak Lomba karya tulis pun tiba. banyak orang telah hadir, namun tak satupun dari anak teknik tersebut datang. Nalia yang mengetahui bahwa mereka mengadakan acara sendiri pun kesal dan langsung menuju ke kampus teknik. Dia ingin mencari Nino yang telah berjanji untuk hadir di acara FKG saat mereka berada di warung Tiada Tara. Nalia menemukan Nino. Tak lama setelah itu keduanya beserta anggota BEM teknik menuju ke acara FKG. Di tengah-tengah acara tersebut tiba-tiba mereka yang hadir dikagetkan oleh teriakan dan tembakan seseorang. Orang tersebut adalah anggota militer yang sedang mencari seorang penulis karya ilmiah yang menuliskan tentang orde baru dan mengkritik pemerintah. Memang tak ada korban dalam kejadian itu, namun hal itu telah membuat suasana menjadi benar-benar menegangkan. Seusai acara, beberapa mahasiswa berkumpul untuk membahas hal ini bersama Pak Sanusi seorang dosen ortodensi. Dalam rapat kecil tersebut mereka akhirnya bersepakat untuk melakukan aksi perlawanan kepada pemerintah walaupun untuk melakukannya mereka mendapat resiko yang besar.
Beberapa bulan kemudian, demonstrasi benar-benar pecah hampir di seluruh bagian Indonesia termasuk Yogyakarta. Nino, Farel, Gomez, Tengku, Lin Lin, Zee dan Ve ikut dalam demonstrasi tersebut. Nalia awalnya berdiam di rumah namun dia tak bisa berlama-lama, disusulnya teman-temannya dan bergabung dalam demonstrasi. Di tengah demonstrasi tersebut, tiba-tiba datang aparat bersenjata yang memukul mundur para mahasiswa tersebut. Ketika hendak melarikan diri bersama Nalia, Zee, dan Ve, Lin Lin ditangkap oleh seseorang. Nalia mengetahui hal itu dan menolong Lin Lin, datanglah Nino dan Tengku yang juga membantu Nalia. Nino menyuruh Nalia untuk menyelamatkan diri bersama gadis yang lain, dan itu adalah terakhir kalinya Nalia melihat Nino.
Tahun 1998, Presiden Soeharto telah turun dari jabatannya. Tahun berganti, namun Nalia masih tidak mendapatkan kabar apapun dari Nino. Hingga suatu ketika dia mendapatkan surat-surat dari Nino yang dititipkan melalui Farel, Aziz dan Amir ketika mereka mengurus ijin siar Radio Jawara FM.
Nalia terus menunggu dan mencari informasi tentang Nino. Namun hanya sedikit informasi yang dapat diketahuinya dan hanya sebuah foto Nino dengan wajah terlihat jelas yang dengan susah payah didapatnya dari sekretariat Jawara FM.
Penantian Nalia tidak sia-sia, pada akhirnya Nino benar-benar kembali. Nalia menemukannya bermain basket di lapangan basket kampus teknik kurang lebih satu dekade kemudian. Namun semuanya sudah berubah. Nino sudah menjadi seorang engineer dan  memiliki orang lain sebagai tempatnya kembali, bukan Nalia melainkan Ve yang bernama lengkap Veronika. Gadis yang sudah mencintainya sejak dulu. Dan Nalia, kini telah bersama Faris, seorang relawan yang telah banyak melihat dunia walaupun sedikit lebih muda daripada Nalia.   
 



No comments:

Post a Comment