Sunday, January 24, 2016

Catatan yang Berserakan



Hai
Bagaimana kabarmu ? Kudengar kau sudah bersama wanita itu sekarang. Aku turut bahagia mendengarnya.
Hari ini entah kenapa aku begitu ingin menuliskan ini. Rangkaian kalimat yang sering muncul dalam kepalaku namun tak pernah berhasil kutuliskan. 

Terima kasih karena kau telah mengambil keputusan itu. Dahulu aku hancur mendengarnya. Iyaa hancur, pulih kembali, namun hancur lagi. Begitu terus berbulan-bulan. Terlebih ketika aku melihat bulan bersinar saat malam. Aku berusaha tidak melihat bulan lagi, kau tahu ? Rasanya duniaku runtuh setiap aku melihat bulan, purnama terutama. Tapi sudahlah itu dahulu, berbulan-bulan kemarin. Sekarang aku telah berhasil menguasai duniaku kembali. Mengambil hikmah dari setiap keputusan yang telah kau buat. Tersenyum setiap melihat potretmu. Tidak seperti bulan-bulan kemarin dimana aku selalu berurai air mata setiap melihat potretmu. Yaa, tersenyum memang akan membuat perasaanmu yang kacau menjadi lebih baik, seperti yang pernah kubilang padamu dulu, kau ingat? 

Kemarin aku membaca ulang conversation kita. Ternyata rasanya berbeda. Jika dahulu aku membacanya penuh rasa bahagia, lalu membaca dengan rasa terpuruk dan hancur beberapa bulan ini, sekarang aku membacanya dengan tersenyum penuh positive thinking dan rasa pengertian mendalam. Yaa sebuah pelajaran hidup aku dapatkan kembali. Melepaskan mungkin memang sulit, tapi ikhlas akan mempermudahnya. 

Masih jelas dalam ingatanku betapa syoknya aku ketika aku melihat foto profilmu di salah satu media sosial berubah menjadi potret wanita itu. Saat itu aku baru saja selesai mengerjakan midtest sebuah mata kuliah. Soal-soal dalam mata kuliah tersebut di luar prediksiku-kecewa-ditambah dengan menyaksikan sesuatu yang sangat tidak ingin aku saksikan itu. Tapi sudahlah itu dahulu, dan sekarang aku tersenyum mengingat kejadian itu. 

Semakin hari aku semakin sadar bahwa tidak seharusnya aku begitu mudah hanyut dalam perasaanku dulu. Seharusnya aku mengerti dan mendengarkan kata-kata sahabatku tentang apa yang harus aku lakukan. Merasa bodoh sekali aku sekarang. Ahh biarlah, bagaimanapun dulu perasaan itu membuatku bahagia dan bersemangat. Meskipun jujur, aku tahu hal ini akan terjadi. Namun aku tak pernah memercayai kata hatiku itu. Karena aku percaya kau bisa membuatnya lebih baik. Karena aku percaya suatu hari nanti kau akan melihatku. 

Terima kasih, kau benar. Jika kita masih mempertahankan apa yang kita punya berbulan-bulan yang lalu, mungkin kita akan sama-sama tersakiti. Kau benar, disini aku bisa lebih dekat dengan teman-temanku. Kau benar, aku mengenal orang-orang yang siap menolongku kapanpun aku butuh di sini. Meskipun sebenarnya aku ingin memiliki orang yang selalu mengharapkan dan merindukan aku untuk segera kembali ke kotanya sehingga hal itu menjadi sebuah semangat yang membuatku mengejar prestasi agar dapat kembali ke kota itu. Tapi sudahlah, orang yang kutemui di sini juga tak kalah memberiku semangat untuk meraih hal tersebut. 

Terima kasih, kau telah memberi warna di hidupku dan mengajarkan aku pelajaran hidup untuk selalu bersyukur atas apa yang terjadi dan telah kita dapat. Mengingatkanku bahwa segala hal yang terjadi pasti memiliki hikmah. Mengingatkanku bahwa setiap tindakan itu memiliki konsekuensi. Dan berbagai palajaran yang lain. Terima kasih, engkau yang pernah menjadi tokoh utama dalam film perjalanan hidupku -meskipun singkat.


24-01-2016

11:55 am

2 comments: