Aku paham
betul, kamu dan aku punya hidup masing-masing. Aku punya duniaku (meski
sebenarnya aku lebih suka menyebut duniaku adalah kamu), sementara kamu juga
punya kehidupanmu. Kita hanya terikat kesepakatan menjalani hubungan asmara.
Sebab, aku meyakini kamu juga meyakini perasaan yang sama. Itulah yang membuat
kita sepakat. Bahwa selain keinginan memiliki, kita dimiliki oleh sesuatu yang
berasal dari hati –cinta. Aku tidak bermaksud melarangmu menjalani apa saja
yang ingin kamu jalani. Aku juga paham bagaimana rasanya dilarang melakukan hal
yang aku sukai. Aku juga sangat mengerti bahwa setiap orang butuh kebebasan.
Setiap orang
butuh dipercaya agar betah menjaga perasaan yang ia punya. Sebab itu, aku
memberimu kesempatan untuk menikmati hari-harimu tanpa aku. Kamu kubebaskan
memilih jalan hidup yang ingin kamu lalui. Aku juga tidak akan memaksamu untuk
begini dan begitu sesuai yang aku mau. Aku ingin kamu merasa aku adalah
kekasihmu. Seseorang yang akan menjadi teman hidup –tempat ber-iya bersepakat
menjalani hidup. Namun, kadang kamu terlalu asyik dengan duniamu. Kamu seolah
lupa, bahwa aku menanti kabarmu. Kamu seolah lupa bahwa ada seseorang yang
selalu ingin tahu keadaanmu. Kadang, kamu tidak mengabariku berhari-hari. Aku
masih saja meyakini kamu masih orang yang sama. Seseorang yang aku percaya,
bisa menjaga apa yang aku percayakan kepadamu.
Semakin hari
aku merasa kamu semakin berbeda. Kamu tidak semanis dulu saat pertama
menyatakan cinta. Kamu tidak seperti dulu saat semua masih awal kita menjalani
semua. Kamu menjadi asing bagiku. Kamu bukan orang yang kukenal lagi. Kamu
terlalu asyik dengan duniamu sendiri. apa aku lelah dengan semua ini? Tidak.
Aku tidak lelah. Karena itu aku masih bertahan memahamimu. Barangkali,
beginilah kamu sebenarnya. Tentu itu tidak akan membuatku menyerah. Namun, kamu
seharusnya paham, jika kamu benar-benar masih ingin bersamaku, kamu akan
menjadi orang yang seperti dulu. Aku juga tidak menuntut hal yang berlebihan.
Aku hanya ingin tetap bertukar kabar. Menjaga komunikasi agar tidak ada salah
paham dalam hati. Jangan menghilang, seolah aku tidak pernah menunggumu pulang.
Aku tidak
menuntut banyak. Lakukanlah sewajarnya. Sebab aku adalah kekasihmu. Orang yang
selalu mencemaskan keadaanmu saat kamu tak ada kabar. Jangan buat aku lelah.
Lalu, aku memilih menyerah. Berlakulah seperti sebelum kita terasa jauh seperti
ini. jika kamu memang masih berkeinginan kita utuh menjaga dua hati. Ingatlah,
bahwa aku selalu mengingatmu. Sungguh aku tidak ingin menyerah dan membiarkan
semuanya menjadi masa lalu. Aku masih ingin memperjuangkan kita. Aku masih
ingin mencintai kamu saja. Namun, aku manusia yang ada batas lelahnya juga.
Jangan lupa, aku juga bisa melupakanmu.
Boy Candra |
15/02/2015
Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai
No comments:
Post a Comment