Seorang laki-laki pernah berkata kepadaku bahwa ia ingin dicintai sebagaimana ia mencintai seorang gadis. Ia bilang ia mulai lelah tak pernah diindahkan oleh gadis pujaannya itu. Katanya, ia sudah melakukan banyak hal untuk gadis itu. Meninggalkan rumahnya, menemani gadis itu membuat skripsi, membantunya membuat jurnal, hingga ia sempat keteteran dengan skripsinya sendiri. Namun gadis itu tak pernah melakukan apapun untuknya. Lelaki itu merasa lelah dan seakan putus asa. Dia bilang padaku, "Apa yang laki-laki lain miliki, tapi tidak aku miliki sampai-sampai tidak ada yang tertarik padaku?"
Seorang gadis pernah bercerita kepadaku bagaimana ia begitu menyayangi seorang lelaki. Lelaki itu pernah hadir lebih dari sekedar teman bicara dalam hidupnya. Gadis itu sangat mempercayai lelaki itu, namun tidak sebaliknya. Sebuah salah paham menyelesaikan mereka. Gadis itu tetap bertahan, tapi yang ditahan tetap tak ingin tinggal. Terus menyayangi sang lelaki membuat gadis itu lelah. Katanya, dia ingin ada seorang lelaki yang menyayanginya dan percaya kepadanya, tetap tinggal dan menerima dia apa adanya.
Satu lelaki yang lain menceritakan kekecewaannya terhadap pasangannya yang dia anggap tak bisa mempercayainya. Laki-laki itu memiliki sebuah kebiasaan buruk yang terus diulang meskipun dia sudah meminta maaf pada gadisnya. Hingga suatu hari mereka memutuskan untuk berpisah. "Bukankah sebenarnya kalian masih bisa bersama? Menurutku kalian sudah bisa saling menerima.", tanyaku padanya. Dia bilang, "Untuk apa ia menghabiskan waktunya bersama orang yang tidak dia percayai dan terus-menerus curiga. Aku butuh dipercayai kembali."
Satu gadis yang lain bercerita bahwa ia sedang menyukai seseorang. Seseorang ini begitu dekat dalam kehidupan sosialnya. Mereka berteman akrab, sering bersama dalam suatu kepanitiaan. Ah siapa sangka perasaan itu tiba-tiba muncul. Nyaman katanya. Tapi gadis itu takut menunjukkan rasa sukanya. "Dia terlalu tinggi untuk kuraih. Aku hanya akan menghambat impian-impian besarnya. dia terlalu hebat untuk aku yang kadang sambat." Gadis itu tak sadar bahwa dia lebih hebat dari yang dia kira. Dia memiliki kontrol diri yang bagus untuk seorang gadis yang sedang menyukai seseorang.
Laki-laki yang lain berkata kepadaku bahwa ia menyukai seseorang. Tapi di umurnya yang sekarang, dia lebih ingin fokus terhadap karirnya dan sedikit mengesampingkan masalah suka-menyukai. Dia patah hati ketika mengetahui bahwa gadis yang disukainya ternyata baru saja menjalin hubungan dengan seseorang yang lain. Akhirnya dia memilih untuk menutup akses gadis itu terhadap akun sosial medianya.
Gadis lain mengatakan bahwa ia begitu bodoh menyukai seseorang yang mengabaikannya. Padahal mereka dahulu pernah begitu dekat dan secara implisit laki-laki itu menyatakan bahwa mereka memang dekat. Namun, kedekatan mereka berubah. Laki-laki itu mulai menghilang. Tak sepenuhnya hilang memang, tapi dia tak ubahnya patung es yang selalu dingin saat disentuh oleh si gadis. Namun berubah jadi hangat jika disentuh orang lain. Meskipun demikian, gadis itu tak putus asa. Masih menunggu meski yang ditunggu mungkin masih terikat masa lalu.
Satu laki-laki bercerita padaku bahwa ia sedang disukai seorang gadis. Gadis itu memang tak pernah bilang, tapi laki-laki ini begitu peka dengan sekitarnya. "Lalu apa yang akan kamu lakukan ?" tanyaku. Laki-laki itu menjawab bahwa ia hanya tidak ingin menyakiti orang lain lagi. Sudah cukup baginya di umur yang sekarang untuk main-main dengan perasaan. Banyak yang menyukainya memang. "Aku hanya tidak ingin memberikan apa-apa. Ketika aku sudah menjalin hubungan dengan seseorang aku tidak ingin meninggalkan kesan buruk bagi orang lain. Rasanya ingin menghilang." kata lelaki itu.
Gadis lain bercerita bahwa ia sedang menjalin hubungan dengan seseorang. Seseorang yang baru saja dikenalnya meskipun ia sudah sering mendengar nama laki-laki itu. Namun, ia tak pernah tenang dengan hubungannya. Hantu-hantu masa lalu tak pernah meninggalkan kepalanya. Selalu diselimuti ketakutan akan trauma yang terulang. Ia takut lelaki ini akan meninggalkannya sama seperti tiga orang sebelumnya yang tak bisa lepas dari kenangan masa lalu. Ia tak ingin kehilangan lagi. Tapi berada di lingkungan yang memandang sebelah mata hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum sah menyebabkan hatinya meragu. Yaa, ia ingin mengakhiri hubungan itu, namun belum mampu.
Rumit bukan kisah-kisah yang kuceritakan ? Tidak, tidak rumit jika kau hanya membacanya saja. Tapi sungguh mencintai tak pernah mudah, pun dicintai tak pernah selalu indah. Kadang dicintai justru membuat kita terbebani ketika kita tahu/sadar kita tak bisa membalas hati. Pun sebaliknya, nelangsa ketika mencintai seseorang yang tak bisa memberikan perasaan yang sama. Bahkan, sudah mencintai dan dicintai pun ternyata kita masih perlu rasa percaya.
Suka-cinta rupanya bukan perihal hati saja, namun juga keputusan. Keputusan untuk berani mengambil keputusan dan melakukannya. Ah, rumitnya. Tapi dibalik itu semua aku tetap percaya bahwa waktu akan menyembuhkan semuanya dan kita akan terbebas dari penjara perasaan bernama cinta.
100319/11:16am
No comments:
Post a Comment