Tuesday, December 8, 2015

Laporan Praktikum Biologi - Uji Kandungan Kimiawi Urin

I.            Judul
Menguji kandungan kimiawi urin manusia.

II.           Tujuan
Menguji kandungan ammonia, klorida, glukosa, dan protein dalam kulit. Selain itu juga untuk mengetahui pH urine manusia.

III.       Alat dan bahan
A.      Alat
1.      Tabung reaksi 5 buah
2.      Rak tabung reaksi
3.      Pipet tetes
4.      Pembakar spiritus
5.      Penjepit tabung reaksi
6.      Gelas ukur 100 cc
7.      Indikator universal
8.      Korek api

B.      Bahan
1.      Larutan Biuret
2.      Larutan Fehling A dan Fehling B
3.      Larutan AgNO3 – 5%
4.      Urin beberapa orang yang berbeda dan masing-masing dipisahkan

IV.      Langkah kerja
A.      Menguji kandungan glukosa dalam urin
1.      Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2.      Tambahkan 5 tetes larutan Fehling A dan Fehling B.
3.      Jepit dengan penjepit, lalu panaskan dengan pembakar spiritus.
4.      Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
5.      Ulangi langkah 1-4 untuk menguji urin yang lain.

B.      Menguji kandungan protein dalam urin
1.      Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2.      Tambahkan 5 tetes larutan biuret, biarkan selama 5 menit.
3.      Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
4.      Ulangi langkah 1-3 untuk menguji urin yang lain.

C.      Menguji kandungan klorida dalam urin
1.      Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2.      Tambahkan 5 tetes larutan AgNo3 – 5%, biarkan selama 5 menit.
3.      Amati dan catat perubahan yang terjadi.
4.      Ulangi langkah 1-3 untuk menguji urin yang lain.

D.     Menguji kandungan ammonia dalam urin
1.      Masukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2.      Jepit tabung dengan menggunakan penjepit tabung reaksi.
3.      Panaskan tabung dengan pembakar spiritus.
4.      Cium bau yang timbul dari pembakaran tersebut dan catat hasilnya.
5.      Lakukan langkah 1-4 untuk menguji urin yang lain.

E.      Menguji pH urin
1.      Masukkan kertas indikator universal ke dalam urin.
2.      Amati perubahan warnanya.
3.      Cocokkan perubahan warna yang terjadi dengan standar pH
4.      Catat pH-nya.
5.      Lakukan langkah 1-4 untuk menguji urin yang lain.

V.         Hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan.
No
Pemilik urin
Warna setelah diberi reagen
Bau Amonia
pH
Fehling A-B
Biuret
AgNO3
1
A
Hijau keruh
Hijau keruh
Ada endapan, keruh
Sangat bau
7
2
B
Hijau bening
Hijau bening
Ada endapan, putih
Bau
7
3
C
Biru bening
Biru bening
Ada endapan, bening
Sedikit bau
7

VI.      Pembahasan
Penggunaan fehling A dan fehling B dalam praktikum ini adalah untuk menguji kandungan glukosa dalam urin. Apabila urin yang diuji positif mengandung glukosa, maka warnanya akan berubah menjadi kuning hingga merah bata. Dari ketiga urin yang diuji, semuanya tidak mengandung glukosa. Hal ini terbukti dari warna urin setelah diberi reagen dan dipanaskan tidak ada yang berubah menjadi kuning ataupun merah.
Biuret digunakan untuk menguji kandungan protein dalam urin. Apabila urin yang diuji positif mengandung protein, maka warna urin akan berubah menjadi ungu. Dari ketiga urin yang diuji, tidak ada yang berubah warna menjadi ungu setelah dipanaskan. Ini artinya dari ketiga urin yang diuji tidak ada yang mengandung protein.
Tujuan penambahan AgNO3 dalam urin adalah untuk mengetahui kandungan klorida di dalam urin. Urin positif mengandung klorida apabila setelah diberi larutan AgNO3 terbentuk endapan. Dari ketiga urin yang diuji, semuanya membentuk endapan. Jadi, ketiganya mengandung klorida.
Untuk mengetahui kandungan amonia pada urin, cukup dengan cara membakar  memanaskan urin. Urin yang mengandung amonia akan berbau pesing apabila dibakar. Dari ketiga urin yang  diuji semuanya positif mengandung amonia.
pH adalah derajat keasaman suatu larutan yang dapat diuji dengan menggunakan indikator universal. Dari ketiga urin yang diuji, semuanya memiliki pH 7. Jadi, ketiganya bersifat netral.

VII.    Kesimpulan
Berdasarkan percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam urin seseorang yang sehat terkandung amonia dan klorida. Selain itu, orang yang sehat urinnya tidak mengandung glukosa dan protein. Apabila di dalam urin seseorang terdapat kandungan glukosa, maka orang tersebut menderita penyakit Diabetes Melitus yang diakibatkan karena kekurangan hormon insulin. Sehingga gula dalam darah tidak diubah menjadi gula otot, tetapi keluar bersama urin. Apabila di dalam urin seseorang terdapat kandungan protein, maka orang tersebut menderita penyakit albuminaria. Albuminaria adalah penyakit yang disebabkan karena kegagalan filtrasi dalam glomerulus. Sehingga albumin keluar bersama urin.


                                                              Semarang, Februari 2014


Praktikan             

Ringkasan Buku Nonfiksi

RINGKASAN BUKU NONFIKSI





Judul buku      : Imam Ghazali Bercerita : Kisah-Kisah dalam Ihya’ ‘Ulumiddin
Penyusun         : Novel bin Muhammad Alaydrus
Penerbit           : Taman Ilmu, Cetakan I, Mei 2005
Editor              : Tim Taman Ilmu
Tebal               : xii +120 halaman

Ringkasan Isi Buku
Buku ini berisi berbagai kisah nyata yang penuh dengan hikmah. Ada 50 kisah nyata yang terjadi baik pada masa Nabi maupun pada masa setelahnya.
Buku ini diawali dengan sebuah cerita berjudul “Mengenal Imam Ghazali”. Kisah ini berisi perjalanan hidup Imam Ghazali sejak kecil hingga beliau dewasa. Imam Ghazali adalah seorang ulama besar yang berasal dari keluarga miskin yang  baik. Setelah dewasa beliau berkelana mencari ilmu hingga menjadi ulama besar. Beliau wafat pada usia 55 tahun.
Cerita kedua berjudul “Putramu adalah Pinjaman dari Allah” adalah cerita tentang kesabaran seorang ibu dalam menghadapi kematian putranya. Dilanjutkan dengan kisah “Allah Melihatku” yang berisi bagaimana seorang guru menguji kemampuan muridnya dalam menyerap ilmu yang telah dia berikan.
Ada juga kisah mengenai kedermawanan seekor anjing yang merelakan bangkai temuannya dimakan oleh teman-temannya sedangkan dia hanya memakan sisa-sisa dari apa yang dimakan teman-temannya. Tak hanya kedermawanan seekor anjing, dalam buku ini juga ada lebih dari 3 macam cerita tentang kedermawanan. Diantaranya kisah seseorang yang sudah meninggal tapi masih ingin bersedekah, kisah seorang sahabat Anshar dan keluarganya yang rela tidak makan demi menjamu tamunya, kisah Nabi Ibrahim dalam menjamu tamunya yang ternyata adalah malaikat juga terdapat dalam buku ini.
Cerita berjudul “Tiga Puluh Tiga Tahun Belajar Hanya Mendapat Delapan Hal” juga tak kalah menarik untuk dibaca. Kisah ini berisi hal yang didapat seorang murid dari gurunya selama tiga puluh tiga tahun. Meskipun hanya delapan hal, tetapi delapan hal tersebut sudah mencakup seluruh ajaran agama dan kebaikan yang terdapat dalam keempat kitab suci, Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
“Penghambat Terkabulnya Doa”, “Pengaruh Makanan Haram”, “Rupa Malaikat Pencabut Nyawa”, dan berbagai kisah lain di dalam buku ini juga menarik untuk disimak dan tidak dilewatkan.
Hal yang membuat buku ini berbeda dari buku-buku yang lain adalah adanya uraian mengenai hikmah ynag dapat dipetik dari masing-masing cerita yang tersaji dilengkapi dengan dalil-dalil yang mendukung. Membaca buku ini seakan mengingatkan kita sebagai umat Islam khususnya bahwa ada banyak hal baik yang semestinya kita tiru tetapi malah kita lewatkan bahkan tidak kita sadari keberadaannya.

Analisis Singkat:

Ihya’ ‘Ulumiddin karya Hujjatul Islam Al-Ghazali ra merupakan sebuah kitab pusaka yang sarat ilmu Islam, Iman, dan Ihsan. Di dalamnya banyak terkandung kisah nyata penuh dengan hikmah yang enak untuk dibaca dan diresapi maknanya. Buku ini merupakan rangkuman kisah-kisah tersebut dilengkapi berbagai hikmah. Sehingga ketika kita membaca buku ini kita tidak hanya sekedar membaca cerita tetapi juga mendapatkan berbagai hikmah yang terkandung di dalamnya, ynag bersumber dari Al-Qur’an, Hadis dan pemikiran para ulama. Buku ini dapat dijadikan sebagai bahan ceramah di kantor, rumah, bahkan pertemuan-pertemuan penting lainnya. Disamping itu, buku ini juga membantu kita menciptakan obrolan santai yang penuh hikmah dalam pergaulan bersama teman dan sanak kerabat.

Ketika...


Semua hanya masalah waktu
Ketika orang yang kau cintai
berubah menjadi orang yang kau benci
Ketika orang yang selalu kau cari-cari
menjadi orang yang paling kau hindari
Ketika orang yang kau kagumi
menjadi orang yang kau maki

ketika orang yang kau sayang
            menjadi orang yang membuatmu garang
ketika orang yang kau perjuangkan
            menjadi orang yang kau hempaskan
ketika orang yang memberimu harapan
            menjadi orang yang kau lupakan
ketika orang yang kau istimewakan
            menjadi orang yang kau anggap biasa

ketika orang yang kau rindu
            menjadi seperti angin lalu
katika orang yang tak ingin kau buat sakit
            menjadi orang yang membuatmu sakit
ketika orang yang berjanji buatmu bahagia
            menjadi orang yang penuh dusta
ketika orang yang mencintaimu

            menjadi orang yang melepaskanmu

03-15
2:48 pm

Lelaki Ombak

Kau memang seperti bulan. Selalu muncul dalam gelap. Selalu bersinar meskipun semu. Selalu tersenyum meski pilu. Selalu menunjukkan kebahagiaan meski perasaanmu tak tentu.

**

Srrppt....aku menyeruput kopi di cangkirku dalam diam. Aku sedang berada di balkon rumahku sekarang. Dengan cangkir kopi dan cawan di tangan, aku mengamati pemandangan di sekitarku. Sepi. Tak menarik. Hanya ada rumah-rumah yang entah masih berpenghuni atau tidak dan... bulan. Malam ini bulan purnama, sangat terang, sangat indah. “Karena bulan akan selalu mengingatkan aku tentangmu.” Kalimat itu refleks terdengar. Aku menggeleng cepat.
“Tidak, kau tak boleh memikirkannya lagi. Kau harus sadar siapa pasanganmu sekarang. Dan itu bukan dia.” bibirku bicara. “Lebih baik aku masuk.”

Aku mengambil ponselku untuk mengirim pesan singkat kepada kekasihku –berharap ini dapat menyadarkanku tentang kenyataan. Namun bukannya mengetik pesan singkat, jariku malah membuka album foto dan mencari foto gadis itu. Aku terpaku melihat gadis itu sedang tersenyum dalam foto. Tiba-tiba dadaku terasa sesak. Sungguh. Sakit sekali rasanya ketika melihat gadis itu tersenyum seperti itu. Senyum bahagia yang begitu tulus mengalir dari hatinya saat pertemuanku dengannya di alun-alun beberapa minggu yang lalu. “Tersenyumlah, suasana hati dan pikiranmu akan lebih baik setelahnya.” Suara gadis itu mengiang di telingaku, memaksaku untuk menaikkan ujung-ujung bibirku. Aku harus menghubungi gadis itu lagi, ya, harus. Aku mencari nomor telepon gadis itu dan akan menekan tombol call sebelum akhirnya memutuskan untuk mengiriminya pesan singkat saja.

“Hai, coba keluar, bulan malam ini sangat indah.” Ketikku dalam pesan singkat. lima belas menit berlalu tanpa balasan. Kuketik pesan lagi, “Bagaimana kabarmu?” lebih dari 15 menit aku menunggu hingga gadis itu membalas. “Iyaa terima kasih sudah memberitahuku tentang bulan purnama ini, meskipun aku sudah tau. Aku baik-baik saja.” 

“Benarkah? Aku lega kalau begitu.
J Kamu tidak lupa denganku kan? hehehe”

“Tidak, tapi aku otw melupakanmu. Wkwk” 

Ya Tuhan, dia mulai melupakanku, aku menjerit dalam hati. Sebenci itukah kamu padaku hingga kamu harus melupakanku? Tapi yah, aku memang salah.

“Hmm begitu, maaf aku mengganggu prosesmu melupakan aku. Aku hanya ingin meminta maaf. Sungguh, aku tak bisa tenang. Aku selalu merasa bersalah sudah membuatmu menangis malam itu. Aku belum dapat memaafkan diriku sendiri karena itu.” Aku menekan tombol send dan meletakkan ponsel di sebelahku. Diam. Hening. Berharap dia cepat membalas pesanku, meskipun rasanya aku tak sanggup lagi membalas pesannya.

Setelah 10 menit tak ada balasan, kuputuskan untuk mulai mengerjakan tugas kuliahku. Dengan hati tak tentu pastinya, aku mulai menggambar. Yah gambar, aku mahasiswa arsitektur. Aku berusaha menggambar tugas desain yang diberi dosenku tadi pagi. Setiap aku menggoreskan pensilku justru gambar abstrak yang terbentuk. Lebih dari setengah jam aku seperti itu. Aku menyerah, rasanya akku tak bisa menyelesaikan tugas ini sebelum pesan singkatku dibalasnya. Berkali-kali aku melirik handphoneku berharap ada pesan singkat darinya. Mungkin dia sudah tidak ingin berkomunikasi denganku lagi, kataku dalam hati. Kurebahkan tubuhku di tempat tidur. Aku menyerah.

Lagi-lagi gadis itu. Mengapa aku tak bisa mengalihkan perhatianku darinya Ya Tuhan? Aku selalu merasa bersalah padanya. Menyakitkan sekali rasanya ketika tahu gadis tangguh yang selama ini kukenal itu menangis. Dan dia menangis karena aku. Maafkan aku bulanku. Aku tak ingin kau bergantung padaku, lelaki yang tak bisa memberikan seluruh cintanya padamu.

“Tak perlu berlebihan seperti itu, aku sudah memaafkanmu. Belum bisa memaafkan dirimu bukan berarti kamu tak bisa memperbaiki diri kan? Perbaiki dirimu saja terlebih dahulu. J” gadis itu membalas satu setengah jam kemudian.


Di luar sana, bulan purnama tertutup cumulonimbus. 

Saturday, December 5, 2015

Gadis Bulan

Sebesar dan sekuat apapun ombak yang menghampiri pantai, pada akhirnya akan kembali ke lautan. Mengikis pasir dan hanya menyisakan jejak basah.
**


“Mas, coba liat bulan malam ini. Indah, terang sekali.” Kata gadis itu sambil menggamit lengan lelaki di sampingnya dan melihat langit.
“Iyaa, kamu benar. Bulan malam ini indah sekali. Sudah lama aku tak melihat bulan seindah ini.” Jawab lelaki itu sambil mengikuti arah pandangan gadis itu. “Terima kasih yaa.” Lanjutnya kemudian, sambil menatap manik kecil itu. Manik yang ditatap pun ikut menatap sepasang manik cokelat itu dalam keremangan.
“Rasanya aku ingin selalu menatap bulan, karena bulan akan selalu mengingatkan aku tentangmu.” Bisik lelaki itu lembut. Bibir gadis itu tersenyum, hangat.
**

Malam ini gadis itu berada di kamar kecilnya, sendirian. Benar-benar sendirian. Tak ada teman yang dapat dia hubungi untuk sekedar bercerita tentang suasana hatinya saat ini. Remuk. Mulutnya pun tak mampu bercerita sendiri sebagaimana biasanya ketika dia bersedih. Entah sudah berapa banyak tisu yang dia gunakan untuk menghapus air matanya. Dan sepertinya mata itu sudah tak ingin menumpahkan air lagi untuk ditampung di lembaran tisu. Hanya menatap kosong ke dalam cermin yang tergantung di depan tempat tidur.

Perlahan, sebuah penggalan film tentang hidupnya terputar di depan mata. Sangat jelas bagaimana beberapa hari yang lalu seorang lelaki datang ke rumahnya untuk mengantarkan hadiah ulang tahun. Terlalu biasa? Memang. Tapi tidak bagi gadis itu. Dia sangat menyukainya. Lelaki muda yang masih sibuk dengan tugas kuliahnya rela mengorbankan sedikit waktu untuk menemuinya di hari ulang tahun. Itu sangat istimewa di matanya. Hari itu dia sangat bahagia.

Mata kecil itu berkedip. Masih teringat jelas bagaimana perasaannya kemarin saat lelaki itu tiba-tiba ingin menjauhinya. Tak ada angin, tak ada badai, tapi lelaki itu ingin pergi. “Aku menyayangimu, dan aku tahu kau juga menyayangiku. Tapi kita tak bisa seperti ini terus. Aku merasa berdosa padamu dan juga padanya.” Kata lelaki itu. Gadis itu sangat terpuruk ketika itu. Air mata yang memenuhi matanya tak bisa ia keluarkan dengan leluasa karena ada banyak orang di sekitarnya. Yah, dulu gadis itu memang pernah meminta hal ini –meminta lelaki itu menjauhinya. Tapi itu dulu, sebelum perasaan itu mekar dalam hatinya.

Saat itu lelaki itu baru saja mengakhiri hubungannya dengan teman gadis itu. Ada rasa bersalah dalam benak gadis itu ketika si lelaki mendekatinya. Tapi bagaimanapun, dia ingin bahagia. Namun baru sebentar gadis itu berbahagia, laki-laki itu memutuskan untuk kembali pada kekasihnya dahulu –teman gadis itu. Dia mengatakan pada lelaki itu bahwa dia akan baik-baik saja, tapi kenyataannya sebaliknya. Gadis itu tak bisa fokus pada ujiannya ketika itu. Gadis yang semula ceria dan banyak bercerita itu menjadi pendiam dan sering melamun.

Beberapa hari kemudian lelaki itu menghubunginya lagi dan mengatakan ingin tetap dekat dengannya. Sungguh dalam hati rasanya gadis itu ingin memaki laki-laki ini. Sudah memiliki temannya namun tetap ingin mendekatinya. Dasar lelaki egois. Tapi keinginannya untuk berbahagia melebihi itu. Gadis itu pun kembali seperti semula. Bahagia, riang,  dan banyak bicara. Meskipun dalam hati dia merasa bersalah dan merasa hal ini tak akan lama.

Keduanya sangat menjadi sangat dekat. Saling berkirim pesan setiap hari. Bahkan jika kau membaca conversation antara mereka, kau akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Begitu dekat, hangat, dan bahagia. Saat gadis itu ulang tahun, lelaki itu mengunjunginya di rumah untuk sekedar memberikan sebuah kado. Padahal gadis itu tahu benar bahwa lelaki itu tengah sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya.  Sebuah hal yang istimewa bagi gadis itu karena tak ada yang pernah melakukan ini sebelumnya bahkan kekasih gadis itu dahulu.

Benar rupanya bahwa kebahagiaan itu semu, seperti cahaya bulan –hal yang sangat disukai gadis itu. Malam itu, bulan bersinar terang di langit. Gadis itu tengah berada di area pemakaman salah seorang kyai yang sering diziarahi orang-orang ketika lelaki itu mengutarakan keinginan untuk menjauhi gadis itu. “Aku ingin kau mencari orang yang lebih baik daripada aku, yang hanya mencintaimu. Seandainya nanti kau tidak menemukannya atau setelah menemukannya ternyata kau lebih mencintaiku, kau boleh kembali padaku.” Tulis lelaki itu dalam pesannya. “Apa maksudmu mengatakan ini padaku? Kau gila? Kau pikir semudah itu melepaskan orang yang kau cintai untuk mencari orang lain? Egois sekali dirimu, setelah selama ini aku menerimamu bahkan menjadi “selingkuhanmu” sekarang kau ingin melepaskanku begitu saja? Kau bilang dari dulu kau menginginkanku? Kenapa sekarang justru kau ingin melepaskanku? Kalau kau lebih memilih dia, mengapa kau tak bisa tegas mengatakan itu padaku sejak dulu?” Maki gadis itu dalam diamnya. Ingin sekali gadis itu memaki sang lelaki dengan kata-kata itu. Namun hanya “Apa kau yakin dengan keputusanmu itu?” yang berhasil dikirimnya dalam pesan singkat. Remuk. Hancur.  “Maafkan aku, sabarkan dirimu ya. Percaya saja akan ada waktu untuk kita bersama, setidaknya untuk memenuhi janji kita berjalan berdua di Malioboro. Aku percaya kamu gadis yang kuat dan tangguh.” Balas lelaki itu. Dan air mata kembali tertahan dalam kelopak mata gadis itu.


Air mata kembali bergulir menyusuri pipi gadis itu. Masih di depan cermin, gadis itu memperhatikan wajahnya sendiri lekat namun kosong seolah dia sedang berhadapan dengan si lelaki. “Kau memang seperti ombak. Menenangkan, menghanyutkan. Selalu mencari pantai. Namun tak pernah menetap di pantai itu. Selalu menuju pantai. Namun akhirnya kembali ke laut. Mengikis pasir. Menyisakan basah. Dan menghampiri hanya untuk melukai.” ...